http://www.claimfans.com

Sabtu, 24 Maret 2012

Kebahagiaanmu Berada dalam Tujuanmu


 Ilustrasi (Foto: BDY-LJ)
Sesungguhnya, kesengsaraan yang dialami oleh para manusia itu disebabkan oleh tidak adanya tujuan yang hendak mereka capai dalam menjalani kehidupan. mungkin saja, mereka sudah memiliki tujuan, akan tetapi tujuan tersebut bukan tujuan yang mulia dan agung. oleh karena itu mereka tidak merasakan kebahagiaan dalam mewujudkanya.

Adapun tujuan yang bisa mewujudkan kebahgiaan adalah tujuan yang agung dan cita-cita yang luhur. tujuan yang agung bisa membuat seseorang sanggup melampaui segenap rintangan yang menghalangi jalanya. dengan sikap tersebut, ia mampu meraih hasil dalam waktu yang singkat, sementara orang lain harus meraih hasil dalam waktu yang sangat lama.

Manusia yang tidak mempunyai tujuan adalah manusia yang sia-sia. apakah kita pernah membayangkan seorang pilot pesawat terbang yang kehilangan arah tujuan? ia tidak mengetahui tempat yang hendak dituju. ia juga tidak memiliki peta yang bisa menunjukan dirinya untuk bisa sampai ke sebuah tempat. kemungkinan, ia akan kehabisan bahan bakar dan pesawatnyapun meluncur turun. dalam kondisi semacam itu, ia masih berpikir kemana ia akan pergi, dan dimanakah bandara yang bisa mengantarakan hingga mencapai tujuanya.

Kiriman: Afdau-LJ

free counters

Minggu, 18 Maret 2012

Tradisi Among-Among

Tradisi among-among  merupakannama adat dan budaya Lereng Merapi,  diperingati sebagai hari lahir bayi,yang dipercayai oleh masyarakat lereng Merapi agar bayi didekati atau dijaga oleh Kyai atau Nyai emong yang berasal dari penunggu Gunung atau leluhur yang mereka percaya.Tradisi itu dilakukan setiap hari lahir sesuai hari lahir si bayi seperti hari Rabu pahing,maka hari tersebut harus melakukan adat Among-among.

Adapun untuk tata cara yang dilakukan adalah meletakkan berbagai ugo rampe di atas Lemper (benda yang terbuat dari lempung yang berbentuk seperti piring),Lemper itu sebagai tanda pusaka yang digunakan nenek moyang pada zaman dahulu,karena dulu belum ada piring-piring cantik seperti sekarang.

Di atas lemper diberi beras sebanyak tanggal kelahiran bayi, kecambah,arang,uang dan daun dadap.Beras sebagai lambang makanan pokok manusia.Kecambah melambangkan bahwa anak tersebut adalah sebagai cikal bakal atau generasi penerus bangsa yang diberi slogan oleh masyarakat dengan “cambah sauwur dadi sak umur”. Arang sebagai penolak bala agar manusia tidak diganggu oleh hal yang ghaib (gaib dalam arti yang negative). Uang sebagai alat pemenuhan manusia didunia dan daun dadap dipercaya sebagai simbol kesegaran dan kesehatan bayi.

Di atasnya lagi diletakkan daun pisang sebagai alas untuk meletakkan rabuk among (berbagai macam sesaji - red) seperti nasi, sambal kurap, telur dan sayur mayur. Kemudian dicampur sebagai tanda agar bayi kelak akan mencapai cita-cita dan bisa bercampur dan berbaur dengan masyarakat.

Semua ugo rampe itu diletakkan di atas tempat tidur bayi dan diberi do’a oleh sesepuh (orang yang ditokohkan untuk mengiringi doa). Setelah beberapa menit among-among tersebut dimakan bersama-sama oleh masyarakat setempat dan tidak boleh dimakan oleh keluarga itu sendiri. Sumber: Mbah Diyono Dusun Ngargotontro Sumber, Dukun, Magelang

Kiriman : Arin-LJ

free counters

Sabtu, 17 Maret 2012

Merancang Ide FIlm Dokumenter


Lajur Merapi-Sleman- Komunitas Lajur Merapi pada hari Jum’at 16 Maret 2012 mengadakan pertemuan untuk menggagas ide dalam bentuk film dokumenter, di Kantor Lestari Indonesia.

Pertemuan yang sekian kalinya ini membahas pembuatan film dokumenter, tema yang diambil ialah kearifan lokal. Kearifan lokal yang ada di lereng merapi berhubungan dengan kepercayaan masyarakat sekitar Lereng Merapi terhadap keberadaan gunung merapi. Tema yang diambil ini bertujuan untuk mengangkat cerita kehidupan lereng merapi dari segi sosial budaya dan kepercyaan.
 
 Pertemuan Anggota Komunitas Lajur Merapi di KAntor Lestari Indonesia-Yogyakarta, Jum'a't 16 Maret 2012.

Pertemuan yang dimulai sekitar pukul 17.00 WIB sampai dengan pukul 23.45 WIB ini selain menggagas tentang pembuatan film, juga menggagas program-program kegiatan lainnya meliputi penghijauan lereng merapi, pendampingan  dukungan psikososial kepada anak, remaja dan dewasa di desa.

Hasil pertemuan pada Jum’at 16 Maret 2012 meliputi Survey lokasi pada hari Sabtu 17 Maret 2012 di 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Sleman, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Boyolali.
Untuk mengumpulkan hasil Survey di lakukan pada hari Minggu 18 Maret 2012 di Desa Sengi Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Kiriman: BDY-LJ

free counters

Kamis, 15 Maret 2012

Antusias Masyarakat Dusun Petung Dalam Menghadapi Bahaya Primer Merapi


LAJUR MERAPI – KLATEN - Meningkatkan pengetahuan untuk mengurangi dampak dari siklus erupsi merapi, maka masyarakat Dusun Petung Sidorejo, Kemalang, Klaten mengadakan pertemuan ditempat salah seorang warga (Permana 14/03/2012). 

Foto: Pram-LJ
Pertemuan yang dimulai Pukul 19.30 - 22.30 WIB ini adalah tindak lanjut dari pertemuan warga yang sebelumnya merencanakan kegiatan WLPB (Wajib Latih Penanggulangan Bencana) dan juga tindak lanjut dari pembuatan program dana siaga/ lumbung pengungsi (simpanan warga) yang berfungsi membantu meringankan beban warga dikala mengungsi. Dan dana tersebut di kumpulkan tiap selapan (35 hari) di simpan di bank. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan masyarakat berdaya dalam menghadapi bencana erupsi merapi.
 
Foto: Pram-LJ
Kegiatan WLPB (Wajib Latih Penanggulangan Bencana) didampingi oleh anggota PASAG Merapi yang telah terlatih/ di latih oleh BPPTK dan di percaya untuk menyampaikan  pengetahuan tentang merapi kepada masyarakat umum, warga Dusun Petung sangat antusias mengikuti kegiatan, dalam kegiatan ini masyarakat diajak mengenali karakter letusan merapi juga mengingat kembali dampak yang terjadi di tahun 2010 sekaligus letusan-letusan merapi sebelumnya.

Pertemuan kali ini baru tahap pengenalan merapi dan mempelajari dampak-dampak erupsi. Dilihat Dari pelajaran itu ternyata banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus dan perlu di lakukan oleh masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana. Melihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, ternyata masyarakat harus berbagi tugas dalam mengkondisikan warga/ kampungnya.  dan warga masyarakat mufakat untuk membuat protap (prosedur tetap) atau pembagian peran dalam menghadapi ancaman dari erupsi merapi.

Tetapi karena pembuatan protap membutuhkan waktu yang cukup lama, warga Dusun Petung sepakat menentukan waktu untuk mengadakan pertemuan selanjutnya. Dan dalam pertemuan selanjutnya setelah selesai membuat protap, warga Dusun Petung juga merencanakan untuk mengadakan simulasi. Dengan begitu warga di Kawasan Rawan Bencana telah siap betul menghadapi ancaman primer merapi.

Kiriman: Pram-LJ

free counters

Minggu, 11 Maret 2012

Mereka Para Ksatria Yang Memilih Mati Sebelum Terjadi Perang


Demi sebuah status quo para dewa...
Demi melestarikan Kejayaan kisah Bharatayudha...
Demi nilai-nilai leluhur yang kini makin menghablur...
yang dikikis Dekadensi dan Degradasi Moral generasi penerus.

Inilah Kisah sebelum Perang Baratayudha yang sungguh mengharukan. Kisah yang mengundang  banyak kontroversi. Kisah mengenai keterlibatan Kresna bersama para Dewa bertipu muslihat  untuk meniadakan Antasena, Antareja dan Wisanggeni agar mereka tidak ikut terjun dalam  perang Baratayudha. Bisa dibayangkan, andai Antareja ikut terlibat dan turun ke medan perang,  ribuan prajurit Kurawa bisa mati hanya dalam sekejap oleh kesaktiannya sebagai keturunan  bangsa ular. Atau Antasena, yang dipercaya dapat membalikkan dunia wayang hanya dengan kedua  telapak tangannya. Kisah pengorbanan yang jarang diungkap, terjadi sebelum Baratayudha. Sebuah kisah para ksatria yang memilih mati di jalan mereka sendiri demi sebuah keyakinan
untuk berbakti kepada keluarga besarnya.

Raden Werkudara alias Bima alias Bimasena merupakan satu-satunya dari kelima Pandawa lainnya  yang harus mengikhlaskan ajal dari ketiga putranya, ketiga anaknya gugur dan moksa dalam dan  menjelang Perang Bharatayuda. Antasena dan Antareja memilih moksa sebelum perang terjadi,  Gathotkaca gugur “tertabrak” senjata Cakra milik Kresna dalam perang Bharatayudha. Ya sebuah perang yang menggambarkan peperangan antara kebaikan melawan kejahatan.

Putra-putra Bima konon tidak memiliki kelemahan yang berarti, bahkan kesaktian  mereka mampu melebihi kesaktian Ayahnya sendiri. Sebagai figur seorang ayah tentu saja. Raden Werkudara sangat bangga dengan ketiga anaknya ini, dan kebanggan yang memuncak itu semua  sirna dalam sekejap berganti dengan duka mendalam ketika harus menghadapi takdir bahwa kesemua
anaknya yang dibanggakan harus gugur dalam menjalankan garis kehidupan dalam saat yang berdekatan.

Siapa itu Antasena? Siapa itu Antareja Siapa itu Wisanggeni? Ketiganya adalah para ksatria putera Pandawa. Yang pertama dan kedua adalah putera Bima alias Werkudoro, yang ketiga adalah putera Arjuna alias Janoko. Ada kesamaan pokok antara Antasena dan Wisanggeni, yaitu sama-sama blak-blakan, jujur, apa adanya, spontan, sekaligus berani melawan junjungan mereka
kalau mereka yakin bahwa junjungan mereka memang salah. Mereka berdua adalah kesatria yang selalu
siap bertempur membela nama besar keluarga Pandawa. Tetapi ketika mereka tahu bahwa keluarga mereka mulai menapaki jalan yang sesat, kedua kesatria ini tidak segan-segan berteriak dalam bahasa “ngoko",  yakni bahasa Jawa yang dipakai antara dua orang yang setara dalam suasana yang sama sekali tidak formal. Mereka menggunakan gaya bahasa “ngoko” karena memang tidak bisa menggunakan “krama inggil”, yakni bahasa Jawa yang harus digunakan oleh orang muda kepada orang tua atau bahasa orang yang berderajat lebih rendah kepada mereka yang berderajad lebih tinggi, atau antara dua orang yang sederajat tetapi dalam sikap saling menghormati. Antareja sedikit berbeda dengan dua saudaranya tersebut, Antareja masih menggunakan bahasa santun, selebihnya sifat lainnya sama dengan kedua saudaranya. Antasena, Antareja dan Wisanggeni adalah ketiga ksatria
yang amat sakti, sampai para dewa pun gentar.

Dalam wayang Jawa disebutkan bahwa para dewa mempunyai skenario bahwa keluarga Bharata (Pandawa dan Kurawa)  harus berperang sampai titik darah penghabisan untuk memperebutkan Astinapura. Ini skenario para dewa yang harus
terjadi. Karena itu apapun yang menghalangi skenario ini, harus disingkirkan. Menurut para dewa, Antasena, Antareja  dan Wisanggeni adalah tiga Ksatria Pandawa yang pasti akan menggagalkan Baratayuda atau perang keluarga Barata. Ketiga anak Pandawa ini dipastikan akan dalam sekejap menumpas Kurawa, sehingga yang akan terjadi adalah penumpasan kilat, bukan perang dahsyat yang membanjirkan darah di kedua pihak. Karena itu, menurut para dewa, Antasena, Antareja dan Wisanggeni harus mati demi Bharatayuda. Demi tujuan para dewa itulah Antasena, Antareja dan Wisanggeni harus mati. Ketiganya gugur karena tipu daya para dewa. Antasena memilih Moksa, Antareja memilih mati menjilat tapak kakinya sendiri dan Wisanggeni gugur menelan liurnya sendiri.

Kembali ada kesamaan antara ketiganya, yakni mati secara kesatria ketika mempertahankan keyakinan mereka akan kebenaran.  Memang, sangat menyesakkan dada bagi orang hidup untuk berbicara mengenai pilihan cara harus mati. Tapi adalah sebuah  tindakan koruptif berbicara mengenai Antasena, Antareja dan Wisanggeni tanpa menerima cara ketiganya gugur.

Diantara anak Werkudoro, Antasena adalah yang tersakti dan terbijak, dia bisa terbang, bisa ambles ke bumi dan bisa hidup di darat dan lautan. Kulitnya bersisik dan kebal terhadap segala macam senjata Perang. Senjata ampuhnya terletak di tangannya, bila sudah digunakan untuk menyerang, tidak ada yang mampu menahan kesaktian tangannya, bahkan gunungpun rubuh bila kena tinju tangan Antasena. Hatinya sangat baik sebagai pembela Kebenaran, Lugas dan tegas. Seperti Antareja dan Wisanggeni, Antasena tidak diperkenankan ikut Perang Bharatayudha, karena kesaktiannya yang tidak ada bandingannya dari pihak Kurawa, sehingga bila ikut perang keadaan jadi tidak berimbang. Untuk hal inilah Sri Kresna diutus para dewa berperan sebagai negosiator sehingga Antasena mau melakukan "Bom Bunuh Diri" moksa sebelum perang Bharatayudha, demi keseimbangan semesta, kejayaan, dan nama baik para Dewa. Sri Kresna mengatakan jika Pandawa mau menang maka Antareja, Wisanggeni dan Antasena harus mau berkorban tidak ikut Bharatayudha, alias harus gugur duluan sebelum terjadi Perang di Padang Kurusetra. Peristiwa moksa Raden Antasena tergolong unik, tak terhitung ribuan kilo meter yang ditempuh Sri Kresna untuk mencari keberadaan Raden Antasena, ia bertanya kesana kesini, menemui seluruh penguasa penjuru bumi, dan tetap tak mampu Sri Kresna  menemuinya, tapi tanpa disangka Raden Antasena muncul di hadapan Sri Kresna menyerahkan diri. Bahkan kemunculannya yang menyamar sebagai orang lain tak disadari oleh Sri Kresna. Raden Antasena sudah mengetahui isi dari pemikiran dan apa yang hendak diutarakan Sri Kresna, di sinilah Sri Kresna benar-benar mengakui kehebatan Raden Antasena. Kresna sebenarnya amat sangat menyayangkan tentang keputusan dewata untuk meminta kedua Putra Werkudara ini untuk moksa. Karena baginya kebijaksanaan Raden Antasena jauh melebihi kebijaksanaan Semar, Narada, Hanoman…maupun dirinya sendiri. Pengetahuannya akan kehidupan dan segala maknanya amatlah dalam.

Sebelum Moksa, Raden Antasena berpesan kepada Sri Kresna: “Perang Bharatayuda hanyalah perang fisik seperti perang-perang besar lainnya, yang menjadi simbol perseteruan antara kebenaran dan kejahatan. Perang sesungguhnya antara Kebenaran dan Kejahatan telah berlangsung sejak lama, sebelum Kurawa  dan Pandawa dilahirkan. Kehadiran saya tak diperlukan dalam perang di Kurusetra itu. Saya tak sampai hati mencabut nyawa mereka yang tak mengerti tujuan dari peperangan tersebut. Tolong Sampaikan salam perpisahan saya untuk Ayahanda saya, Bima, dan sampaikan permohonan maaf saya yang tak bisa berbakti padanya karena tidak bisa terlibat dalam Perang Bharatayudha …”

Sri Kresna hanya menangis terharu mendengar statement pemuda tersebut, seorang anak muda putra Bima/ Werkudara yang
kebijaksanaan dan kesaktiannya membuat segan para Dewa.
 Bambang Wisanggeni putra Arjuna alias Janoko. Ketika Pandawa hendak bertempur melawan Korawa dalam Perang Bharatayuda, para dewa di kaendran Jonggring Saloka menuntut agar Wisanggeni dan Antasena harus tiada agar Pandawa menang di dalam peperangan itu. Pakem wayang ini memang agak unik dan sarat dengan ajaran yang amat luas pengertiannya.



Antasena putra bima Alias Werkudoro,  Raden Antasena adalah Putra Raden Werkudara melalui pernikahannya
dengan Dewi Urangayu…Putri penguasa Samudra…Batara Baruna…. akan tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa Dewi Urangayu adalah putri dari Hyang Mintuna….Dewa ikan air tawar….Raden Antasena tinggal bersama  ibu dan kakeknya sebagai penguasa Kisiknarmada….

 Pertarungan Gathotkoco melawan Antasena (lukisan almarhum Basuki Abdullah)

(berbagai sumber)

Kiriman : VEY – LJ

free counters

Menggagas Ide


Lajur Merapi. Sharing bareng untuk menggagas tentang pembuatan film dokumenter yang bertemakan “Torehan Tinta Emas” bersama KMKJ (Keluarga Musisi Kopi Jos) Jalan Pangeran Mangkubumi Yogyakarta.

Sharing ini bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh kedua pihak, namun sebelum Komunitas Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi berempug ataupun sharing dengan pihak KMKJ. Komunita Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi merapatkan barisan dengan sesama anggota yang masih aktif.

Sharing bareng serta membahas perencanaan tentang pembuatan film yang bertemakan “Torehan Tinta Emas” besama sesama anggota Lajur (laskar Jurnalis) Merapi di Sanggar Seni Siswa Laras Ngemplak Gempil  Desa Bawukan Kemalang Klaten, Sabtu Sore 15.30 WIB 10 Maret 2012. Foto: Arya

Setelah selesai berempug dengan saudara Komunitas Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi. Selanjutnya menuju kantor Lestari Indonesia yang beralamat di Jl. Anggajaya I, Gg. Brojodento No. 294 Rt. 02 Rw. 29 Gejayan, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Untuk melakukan aktivitas mingguan yaitu membangun solidaritas dengan Keluarga Musisi Kopi Jos.
Suasana di luar Kantor Lestari Indonesia setelah hujan reda pada hari Sabtu 10 Maret 2012 pukul 19.30 WIB. Foto: BDY-LJ

Suasana di dalam kantor Lestari Indonesia Sabtu 10 Maret 2012 pukul 19.45 WIB sebelum berangkat menuju warung kopi joss Pak Wik Yogyakarta. Foto: BDY-LJ.

Suasana malam di Jalan Pangeran Mangkubumi Yogyakarta Sabtu 10 Maret 2012 pukul 20.25 WIB di depan warung kopi joss Pak Wik. Foto: BDY-LJ

Salah seorang anggota Komunitas Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi melihat catatan menu untuk di pesan sambil diskusi mengenai langkah kedepan tentang Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi dan persiapan pembuatan film semi dokumenter. Sabtu 10 Maret 2012 Pukul 20.28 WIB. Foto: BDY-LJ

Suasana di warung Joos Pak Wik, ramai setiap malam dikunjungi oleh berbagai kalangan dan komunitas. Salah satunya Komunitas Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi, Sabtu 10 Maret 2012 pukul 20.30 WIB. Foto: BDY-LJ

Suasana malam di temenin sama musisi Kopi Joos yang selalu setia dan berupaya menghibur para pengunjung dari berbagai kalangan, Sabtu 10 Maret 2012, pukul 20.35 WIB. Foto: BDY-LJ

Diskusi sesama anggota Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi yang masih aktif untuk menggagas sebuah ide yang berkaitan dengan film dokumenter dan jurnalisme. Selain itu juga membahas tentang kedepan perencanaan serta tindakan, dan lebih utama membahas tentang pembuatan film semi dokumenter “Torehan Tinta Emas” bersama KMKJ (Keluarga Musisi Kopi Jos) Jalan Pangeran Mangkubumi Yogyakarta. Sabtu 10 Maret 2012 pukul 20.45 WIB. Foto: RD-LJ.

Kiriman: BDY-LJ


free counters

Kamis, 08 Maret 2012

Ki Among Prasetyo Dalang Wayang dari Kebumen diakui Mancanegara


Lajur Merapi-Kebumen- Terabaikan di Negeri Sendiri, Ki Among, Dalang Langlang Jagad, Kondang di Negeri orang. Begitulah kiranya sebutan yang pantas diberikan kepada Ki Among Prasetyo,  dalang muda asal Desa Ambal Resmi,Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Putra Ki dalang Basuki Hendroprayitno dan cucu Ki dalang Sindhu (Alm) ini memang tidak pernah menonjolkan kemampuan sebagai dalang memainkan wayangnya di tempat kelahirannya.  Tidak seperti keluarga besarnya yang mayoritas berkiprah di dunia pedalangan, Ki Among lebih memilih jadi penonton di setiap pertunjukan wayang di Kabupaten  Kebumen.

Mengawali Langkah di Dunia Pedalangan. Sebagai putra dalang, Ki Among tidak  pernah mendapatkan pelajaran khusus dari ayahnya. Awalnya ia mencoba ndalang  wayang kulit pada pagelaran pentas seni di sekolah menengah pertamanya [SMPN 1 KEBUMEN]. Ternyata hal tersebut tidak berkelanjutan. Ia lebih menyukai dunia remaja modern pada saat itu. Julukan sebagai pembalap liar pun lebih melekat kepadanya. Tawaran–tawaran ndalang untuk memainkan wayang yang datang selalu ia tolak dengan alasan tidak berbakat pada dunia seni ini. Bahkan permintaan dari orangtuanya agar ia mau ndalang pun ia tolak.

Kesabaran kedua orangtuanya serta bujukan dari keluarga besar dan teman – teman dekatnya pun akhirnya membuahkan hasil. Awal tahun 2004 ia menerima tawaran mayang di desanya. Lakon yang ia bawakan ketika itu ialah “Dewa Ruci”.  Beberapa kali mayang ternyata belum bisa meyakinkannya bahwa Dalang adalah garis  hidupnya. Bara semangatnya pun kembali meredup. Ia mencoba terus mencari jati dirinya di dunia modern dengan meninggalkan dunia pedalangan.

Tidak Bisa Lari dari Takdir. Awal tahun 2008 Ki Among memutuskan untuk bekerja di kapal Pesiar milik maskapai Holland American Lines. Pada saat berlabuh di Antartika, sebuah keajaiban pun  datang. Tanpa diduga pimpinan kapal memintanya untuk memainkan wayang. Sepertinya hal itu bukanlah suatu kebetulan. Pada saat meninggalkan Indonesia ia memang membawa dua buah wayang golek sebagai teman saat ia merasa kesepian dan rindu pada kampung halamannya. Dengan kemampuan terpendamnya ia nekad memainkan wayang golek dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal yang unik ialah meskipun
medianya wayang golek namun cerita yang ia bawakan tidak menggunakan pakem cerita Menak seperti lazimnya.

Salah satu Pentas Wayang Ki Among Prasetyo di Canada

Ki Among (Belakang, menggunakan penutup kepala blangkon) Persiapan Pentas Kolaborasi di Prancis.

Ki Among membuat lakon sendiri mengenai berdirinya Candi Prambanan dengan menggunakan bahasa Inggris. Respon dari penonton pada saat itu ternyata diluar dugaannya. Mereka sangat terkesima dengan pertunjukan dan lakon yang ia bawakan. Sejak saat itu Ki Among yang lahir di tahun 1974 pun rutin  memainkan pentas di berbagai Negara di benua Eropa, Amerika dan Asia.

Sumber: Ki Ravie
Kiriman: Vey-LJ


free counters

Rabu, 07 Maret 2012

Petani Cabe Lereng Merapi Terserang Patek


Lajur Merapi-Magelang-(7 Maret 2012)-Cuaca ekstreme (hujan disertai angin kencang) yang terjadi beberapa minggu yang lalu mengakibatkan banyak tanaman sayuran di lereng merapi gagal panen, Sengi, Dukun, Magelang - Jawa Tengah.


Tanaman cabe Bangkok (gurga)yang terserang penyakit patek, (foto wancux) sehinga cabenya di panen lebih awal. Lokasi tanaman di Dusun Candi Duwur, Sengi, Dukun, Magelang, Rabu 7 Maret 2012

Pertanian yang gagal panen diantarannya tanaman cabe kriting dan cabe Bangkok (gurga). Banyak petani yang memanen cabe lebih awal dengan harga yang lebih murah. Dengan kondisi ini banyak petani yang mengeluh. Penyakit patek (penyakit jamur) ini sering  terjadi dimusim hujan dan untuk pestisida dan insektisida belum ada untuk mengobati penyakit jamur ini.  Penyakit ini sering terjadi akibat kondisi alam yang berubah-ubah, hujan, panas, dan berkabut. 

Etie Salah satu warga yang tanaman cabenya terserang penyakit patek. (Foto: Wancux-LJ)

“Petani lebih sering menanggulangi patek dengan menggunakan cat tembok dengan disemprotkan agar perkembangan patek sedikit terhambat  dan harus sesering mungkin uutuk mengobatinya. Jika harus beli pestisida harganya sangat mahal sehingga banyak petani yang merasa rugi” Tutur Etie petani cabe warga Sengi Kecamatan Dukun.

Cabe yang terserang penyakit patek bentuknya mengkerut, kering dan membusuk, Sengi, Dukun, Magelang Rabu 7 Maret 2012. (Foto: Wancux-LJ) penyakit ini cepat menyebar ke buah cabe yang lain. Cabe yang sudah terserang penyakit patek harus di petik dan dibuang sehingga tidak menular ke cabe yang lain.

Dari serangan penyakit patek sangat mempangaruhi harga sayuran di pasar Suko, Desa Sewukan Kecamatan Dukun. Harga cabe merah kriting Rp 12.000 / kg, cabe hijau kriting Rp 6000 / kg. Dan harga cabe Bangkok merah Rp 25.000 /kg, sedangkan harga cabe Bangkok hijau Rp 7000 /kg harga per tgl 6-3-2012. Karena harga setiap hari berubah-ubah.
“Banyak petani yang memetik hasil panen lebih awal sehingga harganya lebih murah". tutur Yuli pedagang sayuran dari Desa Gemer Ngargomulyo Kecamatan Dukun, Magelang - Jawa Tengah.

Kiriman: WCX-LJ

free counters

Hijau Merapiku


Lajur Merapi-Magelang-Sosialisasi pada anak mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi yang dilaksanakan HIMMSI STIMIK AMIKOM Jogjakarta yg bekerjasama dengan ROTARACT CLUP  Jogjakarta  dengan relawan setempat KOMPAG merapi, Jalin Merapi, FPRB Sengi, FPRB Ngargomulyo dan Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi pada Hari Sabtu pagi 3 Maret 2012, di SD N sengi II, SD N sumber I, SD N paten II, SD N krinjing I, MI Guppi Ngargomulyo kecamatan Dukun, Magelang Jawa Tengah

Sabtu, 3 Maret 2012. Foto: Arya-LJ
Kegiatan bakti sosial ini untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan kesehatan anak di lereng merapi bagian barat. Eka salah satu dari HIMMSI STIMIK AMIKOM Yogyakarta yang bekerjasama dengan ROTARACT CLUP  Yogyakarta  menghubungi salah satu relawan yang ada di Kecamatan Dukun untuk diminta membantu dan mencari data di sekolah dasar  yang ada di KRB III.

Bayu Sapta Nugraha  salah seorang relawan jalin merapi menghubungi teman relawan yang lain diantaranya KOMPAG Merapi, FPRB Sengi, FPRB Ngargomulyo dan Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi. Jenis dari progam kegiatan bakti sosial  yang dilaksanakan oleh ROTARACT CLUP dan HIMMSI STIMIK AMIKOM Yogyakarta ialah:
1. pemeriksaan gigi
2. pembagian buku
3. sosialisasi cara sikat gigi
4. sosialisasi cara cuci tangan
5. pembagian tong sampah.

Progam ini dilaksanakan di 5 SD se- Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang meliputi  SD N sengi II, SD N sumber I, SD N Paten II, SD N Krinjing I, MI guppi Ngargomulyo.

Dari kegiatan ini anak  Sekolah dasar di 5 Desa  se- Kecamatan Dukun sangat antusias untuk mengikutinya. Dari berbagai progam yang dilaksanakan, anak-anak dapat belajar cara sikat gigi dan cuci tangan dengan benar, selain itu anak-anak dikasih pasta gigi dan sikat gigi untuk mempraktekannya.

Sambil menunggu giliran anak diberi kegiatan permainan dan belajar tentang kebersihan lingkungan hidup. Dibalik keceriaan anak ada beberapa kondisi sekolah yang masih kekurangan fasilitas diantaranya ruang perpustakaan tidak ada, belum dimilikinya alat-alat untuk olah raga, tempat bermain kurang dan kondisi WC/ kamar kecil yangg tidak layak pakai.

Dari berbagai kondisi dilapangan masih ada beberapa sekolah yang kekurangan air bersih. Diantaranya SD N sumber 1, SD N Krinjing 1 dan MI guppy Ngargomulyo.  Sedangkan di SD N sengi II dan SD N Paten II sudah ada kran air di setiap depan kelas.. dengan kondisi kekurangan air anak-anak harus mengambil air dari warga sekitar sekolah.
“Untuk SD N paten II yang sangat membutuhkan alat-alat  peraga dan pembuatan kamar kecil karena selama ini banyak siswa yang harus keluar masuk ruangan untuk membuang air kecil.”  tutur Ibu Jumanan Kepala Sekolah SD N Paten II.

Ibu Jumanah juga mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian dan bantuanya untuk kebersihan lingkungan dan kesehatan gigi pada siswa-siswinya.

Selain Ibu Jumanah Kepala Sekolah SD N Paten II, Suharno Kepala Sekolah SDN krinjing1 menuturkan rasa terimakasih atas bantuan, "semoga bermanfaat bagi anak-anak SD dan bisa dipraktekan dirumah. Semoga anak-anak bisa lebih cinta lingkungan agar selalu membuang sampah pada tempatnya".

Progam kegitan bakti sosial di sekolah dasar KRB III (SDN Sngi II, SDN krinjing 1, SDN sumber I, SDN paten II, MI GUPPI ngargomulyo)  bersama ROTARACT CLUP, HIMMSI STIMIK AMIKOM, Jalin Merapi, FPRB Sengi dan Laskar Jurnalis Merapi. (Foto: Arief JM )

Peacking bantuan untuk sosialisasi gosok gigi, suci tangan kebersihan sekolah diantaranya sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, handuk dan ember tempat sampah sekitar 550 paket untuk 5 SD. Bersama Bayu Sapta Nugraha Jalin Merapi, Suyatno FPRB Ngargomulyo, Wancux dan Yuli Lajur Merapi Magelang di rumah Bapak Wahyu Hardjana Dusun Tegalsari, Dukun, Magelang (Foto: Wahyu Hardjana)

Pukul 07.00 WIB persiapan berangkat dan pembagian kelompok dipimpin oleh Bayu Sapta Nugraha. (Foto: Wancux)

Sosialisasi  kesehatan gigi, dan cuci tangan di Sekolah Dasar Negeri Sengi II dasar oleh HIMMSI STIMIK AMIKOM dan Laskar Jurnalis Merapi. (Foto: Bayu Sapta Nugraha)

Praktek cuci tangan yang baik dan benar oleh anak-anak SDN Sengi II didampingi Bayu dari Jalin Merapi dan Sri Wahyuni dari Laskar Jurnalis Merapi. (Foto: Arin-LJ)

Penyampaian cuci tangan di SDN Krinjing 1 oleh HIMMSI STIMIK AMIKOM  (Foto Arya-LJ)

Anak-anak diajak bermain untuk menghilangkan kejenuhan sambil menunggu giliran untuk melaksanakan praktek cuci tangan dan gosok gigi yang dibimbing oleh Riska Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi. (Foto Wancux LJ)
Praktek sikat gigi, masing-masing anak SDN krinjing 1 dikasih sikat gigi dan pasta gigi untuk mempraktekan cara sikat gigi yang baik dan benar. (Foto: Arya LJ). Sebelum pelaksanaan praktek gosok gigi, bersama anak-anak mesti mengambil air dulu dari  warga sekitar karena belum ada air kran yang sampai di depan kelas.

Praktek sikat gigi, masing-masing anak SDN krinjing 1 dikasih sikat gigi dan pasta gigi untuk mempraktekan cara sikat gigi yang baik dan benar. (Foto: Arya LJ). Sebelum pelaksanaan praktek gosok gigi, bersama anak-anak mesti mengambil air dulu dari  warga sekitar karena belum ada air kran yang sampai di depan kelas.

Kiriman: WCX-LJ

free counters

Selasa, 06 Maret 2012

Merapi Dalam Kenangan V

Saat-saat terjadi Erupsi,1 November 2010, Turi, Pakem, Sleman. R.Y.M. collection. Foto by Wulan & Opiks Soeryo.
Kiriman: Vey-LJ 


free counters

Merapi Dalam Kenangan IV

Di jepret dari Perum Gama ASRI, Saat-saat terjadi Erupsi, 1 November 2010, Turi, Pakem, Sleman. R.Y.M. collection. Foto by Wulan & Opiks Soeryo.
kiriman: Vey-LJ



free counters

Merapi Dalam Kenangan III



Merapi Beberapa Menit Sebelum terjadi Erupsi tgl 1 November 2010, Lokasi: Pakem, Sleman, Yogyakarta.
R.Y.M. collection. Foto by Wulan & Opiks Soeryo.

Kiriman: Vey-LJ


free counters

Merapi Dalam Kenangan II



Menit-menit sebelum Erupsi pada 1 November 2010, Di jepret dari depan SMP 4 Pakem dan RS Panti Nugroho, Jalan Kaliurang, Pakem, Sleman. R.Y.M. Collection. Foto by Wulan & Opiks Soeryo.
Kiriman: Vey-LJ




free counters

Followers

AutoBacklinkGratisFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMalaysia Free Backlink Services MAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service Free Auto Backlink Free Automatic Backlink
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost