Lajur Merapi-Kebumen- Terabaikan di Negeri Sendiri, Ki Among, Dalang Langlang Jagad, Kondang di Negeri orang. Begitulah kiranya sebutan yang pantas diberikan kepada Ki Among Prasetyo, dalang muda asal Desa Ambal Resmi,Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Putra Ki dalang Basuki Hendroprayitno dan cucu Ki dalang Sindhu (Alm) ini memang tidak pernah menonjolkan kemampuan sebagai dalang memainkan wayangnya di tempat kelahirannya. Tidak seperti keluarga besarnya yang mayoritas berkiprah di dunia pedalangan, Ki Among lebih memilih jadi penonton di setiap pertunjukan wayang di Kabupaten Kebumen.
Mengawali Langkah di Dunia Pedalangan. Sebagai putra dalang, Ki Among tidak pernah mendapatkan pelajaran khusus dari ayahnya. Awalnya ia mencoba ndalang wayang kulit pada pagelaran pentas seni di sekolah menengah pertamanya [SMPN 1 KEBUMEN]. Ternyata hal tersebut tidak berkelanjutan. Ia lebih menyukai dunia remaja modern pada saat itu. Julukan sebagai pembalap liar pun lebih melekat kepadanya. Tawaran–tawaran ndalang untuk memainkan wayang yang datang selalu ia tolak dengan alasan tidak berbakat pada dunia seni ini. Bahkan permintaan dari orangtuanya agar ia mau ndalang pun ia tolak.
Kesabaran kedua orangtuanya serta bujukan dari keluarga besar dan teman – teman dekatnya pun akhirnya membuahkan hasil. Awal tahun 2004 ia menerima tawaran mayang di desanya. Lakon yang ia bawakan ketika itu ialah “Dewa Ruci”. Beberapa kali mayang ternyata belum bisa meyakinkannya bahwa Dalang adalah garis hidupnya. Bara semangatnya pun kembali meredup. Ia mencoba terus mencari jati dirinya di dunia modern dengan meninggalkan dunia pedalangan.
Tidak Bisa Lari dari Takdir. Awal tahun 2008 Ki Among memutuskan untuk bekerja di kapal Pesiar milik maskapai Holland American Lines. Pada saat berlabuh di Antartika, sebuah keajaiban pun datang. Tanpa diduga pimpinan kapal memintanya untuk memainkan wayang. Sepertinya hal itu bukanlah suatu kebetulan. Pada saat meninggalkan Indonesia ia memang membawa dua buah wayang golek sebagai teman saat ia merasa kesepian dan rindu pada kampung halamannya. Dengan kemampuan terpendamnya ia nekad memainkan wayang golek dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal yang unik ialah meskipun
medianya wayang golek namun cerita yang ia bawakan tidak menggunakan pakem cerita Menak seperti lazimnya.
medianya wayang golek namun cerita yang ia bawakan tidak menggunakan pakem cerita Menak seperti lazimnya.
Ki Among membuat lakon sendiri mengenai berdirinya Candi Prambanan dengan menggunakan bahasa Inggris. Respon dari penonton pada saat itu ternyata diluar dugaannya. Mereka sangat terkesima dengan pertunjukan dan lakon yang ia bawakan. Sejak saat itu Ki Among yang lahir di tahun 1974 pun rutin memainkan pentas di berbagai Negara di benua Eropa, Amerika dan Asia.
Sumber: Ki Ravie
Kiriman: Vey-LJ
Editor: EM-LJ Aspirasi
0 komentar:
Posting Komentar
Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.