Lajur Merapi-Magelang-Penanganan Pasca Bencana Merapi (Minggu 12 Februari 2012)
Bencana merupakan hal yang tidak di inginkan oleh kita semua dan kita dapat menghindarinya,karena semua merupakan kekuasaan Tuhan YME. Akan tetapi kita dapat tetap berupaya meminimalis dan berusaha sebaik mungkin mengahadapinya. Bencana menurut UNISDR (2009) adalah gangguan serius terhadap masyarakat atau komunitas yang menyebabkan terjadinya kehilangan jiwa, kerugian ekonomi, dan lingkungan secara luas, yang melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk menghadapinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Kita boleh percaya dengan takdir apa yang akan terjadi pada kita maupun orang lain karena menghadapi atau mengalami bencana akan tetapi kita tidak bisa menyalahkan takdir yang terjadi.
Artikel ini tidak bertujuan untuk mengkritik atau menyalahkan semua pihak terkait atau yang tertulis tetapi mengungkapkan uneg-uneg saja dari kami masyarakat merapi, bukan untuk menuntut atau meminta tetapi halayak sebagai mana mestinya saja.
Pandangan saya sendiri untuk beberapa cara menghadapi bencana di sekitar kita khususnya karena bencana Gunung Merapi dan tepatnya di wilayah Magelang ( Dukun, Sawangan, Srumbung, dan sekitarnya ) karena di setiap wilayah atau sisi merapi hampir berbeda suasana dan pemahanan akan cara menghadapi bencana.Tapi yang akan saya gali adalah hal-hal yang terkait dengan penanganan pasca bencana merapi dengan menggabungkan beberapa sumber informasi yang saya gali dari lapangan di wilayah Dukun dan beberapa pihak terkait.
Pasca bencana merapi khususnya yang terjadi tahun 2010 sangat jelas dampaknya di beberapa segi dan aspek yang ada dimasyarakat yakni Ekonomi, Psikologis, Materi, Material , Kesehatan dll .
Menurut saya hal yang pertama, kita melihat dan menggambarkan apa yang kiranya terjadi dalam masyarakat umumnya setelah bencana merapi tersebut khususnya setelah masyarakat pulang dari pengungsian. Kita dapat melakukan survey pendataan dan menggali informasi dari masyarakat yang terkena dampak dari wilayah paling teratas mendekati merapi sampai ke bawah yang terdampak. Mungkin kita dapat menanyakan setelah pulang dari pengungsian apa yang akan dilakukan atau rencana kedepan masyarakat dengan melihat keadaan perekonomian yang lumpuh, mungkin sarana dan prasarana yang rusak, lahan pekerjaan yang rusak atau modal tidak ada karena habis saat mengungsi, kesehatan yang sangat riskan dalam situasi tersebut dan psikologis masyarakat yang trauma atau masih shock menghadapi bencana tersebut, dll. Hal itu dapat kita lakukan untuk menjadi kunci dasar atau pegangan awal untuk melangkah selanjutnya.
Setelah kita mendapatkan data dan informasi langsung dari masyarakat kita dapat mempelajarinya secara cepat dan memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan dengan tepat dengan melihat kondisi yang masih labil, dan terkesan tidak menjatuhkan tetapi dapat membangkitkan walaupun itu hanya membangkitkan semangat untuk memulai kehidupan setidaknya kembali ke kehidupan normal.
Pendekatan psikis terhadap masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki potensi dapat membantu menyebarkan atau mengajak masyarakat lain untuk ikut terjun langsung dalam penanganan pasca bencana ini, hal ini secara tidak langsung kita mengajak masyarakat untuk membangkitkan atau mengatasi penanganan pasca bencana merapi secara sendiri.
Hal lain menurut saudara Ganis salah satu relawan asal Sirahan, Salam yang mendukung pernyataan saya akan tindakkan lain yang akan dilakukan saat pasca bencana yakni relawan atau masyarakat yang tanggap mencoba melakukan pengordinasian dengan pemerintah atau dinas terkait akan apa yang akan dilakukan sehingga tindakan kita tetap ada dukungan dan terkesan pemerintah tidak lepas tangan dan kita ajak untuk turun langsung melakukan pendataan dan penentuan sikap atau program ayang akan dilakukan dari pihak terkait, tidak di kecuali data-data dan informasi yang di gali itu di rangkum dan dipubliskasikan secara update untuk membuka peluang bantuan-bantuan dari Non Pemerintah yang akan ikut andil dalam penanganan pasca bencana merapi. Tidak ketinggalan melakukan evaluasi terhadap penanganan terhadap pengungsi saat bencana sampai pasca bencana berlangsung ini, tidak mencari kesalahan untuk disalahkan akan tetapi mencari kesalahan untuk diperbaiki bersama khususnya Only Warning Systemnya yang sampai saat ini terkesan masih kurang dari pemerintahnya, bukan mengkritik tetapi membayangkan saja bagaimana kalau tidak dari masyarakat sekitar atau pengungsi itu sendiri yang tanggap akan kejadian tersebut bagaimana nasib pengungsi saat itu.
Di perkuat dengan pendapat Gus Nova relawan Kopag Merapi yang saya jabarkan dan tambahkan yakni Setelah evaluasi kita mendapatkan topik masalah yang mungkin paling utama di kembangkan atau di sosialisasikan tanpa mengenyampingkan program-program pembenahan pasca bencana. Semisal melakukan pengetahuan dan pelatihan yang sesuai dengan kebiasaan dan adat masyarakat akan kebencanaan merapi karena sampai saat ini pemahanan dan pengetahuan tentang bencana kegunung apian masih sangat kurang terhadap masyarakat. Serta mungkin pengurangan janji-janji pemerintah atau dinas terkait akan apa yang akan dilakukan terhadap masyarakat yang kiranya jarang terealisasi karena itu menjadi sebuah harapan tersendiri oleh masyarakat yang mempengaruhi faktor psikologisnya. Dan mungkin masyarakat juga bisa lebih tersadarkan dengan hadirnya pahlawan-pahlawan kesiangan yang membesar-besarkan bendera parpol atau lembaga tertentu karena itu bisa menjadi kesenjangan sosial di kalangan masyarakat itu sendiri.
Menurut Kristiadi masyarakat lereng merapi barat salah satu aktivis penghijauan dan pencinta satwa merapi ini menuturkan pasca bencana ini memang tak lepas selain masyarakat yang di utamakan tetapi pemulihan hutan merapi juga sangat penting karena satwa banyak yang turun ke pemukiman warga dan bisa merusak tanaman warga yang mulai berbenah diri. Hal ini juga terkesan lambat dari pemerintah tidak ada tindakan. Bukan mengkritik atau menyalahkan akan tetapi banyak pihak lain yang juga sudah membantu tetapi SDM sendiri yang kurang sadar, masyarakat kurang pahamnya menjaga lingkungan merapi ini, maka dari itu bagaimana cara untuk mengajak atau menyadarkan masyarakat lereng merapi untuk menjaga dan membantu pemulihan lereng merapi tanpa mengenyampingkan pemulihan masyarakat itu sendiri.
Ada juga seperto rekan kita Nasir relawan JM Sawangan dulu yang memperkuat kegunaan informasi dan data yang update tadi dipergunakan untuk menyusun program-program evaluasi, rekonstruksi, regulasi dan lain lain yang mana semuanya bersifat rehabilitasi dan restrukturisasi masyarakat lereng merapi.
Dari teman-teman FPRB menguatkan dengan hal-hal yang tidak jauh beda dengan melakukan pendataan / assesment dalam segala hal yang tampak dan tidak tampak di masyarakat dan melakukan FGD (Foccus group disccusion) atau diskusi khusus untuk recovery dan pemulihan yakni yang diperlukan dan yang disepakati oleh masyarakat dan programer yang akan membina masyarakat dengan tahap-tahap sosialisasi dan pendekatan terhadap masyarakat agar dapat berperan serta dalam recovery dan pemulihan. Setelah melakukan sosialisasi dan mendapat respon positif dari masyarakat baru melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sistem binaan dan masyarakat ikut andil dalam kegiatan apa pun itu. Intinya melakukan pembinaan dan pendampingan secara khusus dengan tanda kutip melepas dari faktor ketergantungan masyarakat. Dengan tambahan sistem trauma healing untuk membantu pemulihan psikologis masyarakat.
Dari rekan Nigen aktivis siaga Merapi Tlogolele yang menambahkan dimana dalam menghadapi penanganan pasca merapi berusaha mengkoordinasikan warga untuk tidak terlalu trauma setelah terjadi bencana dengan melakukan kegiatan-kegiatan pembersihan kampung warga yang mana akan meminimalis rasa trauma warga. Sekalian dilakukan pendataan dan mengundang atau mencari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau pihak-pihak terkait yang datang sendiri atau diundang untuk mendampingi di beberapa sektor misal pertanian, perairan dan lain-lain. Untuk trauma healing juga banyak LSM yang terjun langsung mendampingi mereka. Sampai saat ini mereka sudah melakukan pertanian dengan sistem organik dan masih terkendala pemasarannya. Maka dari itu apa yang akan kita lakukan dengan membantu lebih fokus.
Memang semua membutuhkan perhatian tinggi dengan melihat masyarakat yang banyak dan wilayah yang luas tidak sedikit membutuhkan pihak-pihak pendamping dengan data-data yang sudah ada. Entah itu data diperoleh dari Tim yang sudah melakukan data keseluruhan yang mana data memang sengaja di publikasikan untuk menarik pihak-pihak lain untuk ikut andil dalam pendampingan dan pemulihan pasca bencana. Serta pemonitoring perkembangan dan program di masyarakat itu sendiri.
Tapi yang tidak kalah penting adalah masyarakat bisa berdaya dan mandiri dalam menghadapi bencana dengan mulai melakukan kesiapsiagaan di ranah keluarga, lingkungan maupun wilayah, jangan masyarakat diperdaya dan dibuat ketergantungan oleh bantuan yang ada. Mulailah dengan mengajak masyarakat untuk bersolidaritas dan meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi setiap bencana.(Bayu/editor: EM-LJ-Aspirasi)
Ada yang mau menambahkan atau mengurangi dan mengomentari, silahkan isi komentar di bawah ini:
0 komentar:
Posting Komentar
Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.