Selasa, 31 Januari 2012

Gadis Manis Semanis Kehidupannya


Dalam genetika manusia, keturunan atau anak-anak itu mewarisi gene-gene dari orang tuanya, atau dari nenek moyangnya yang lebih terdahulu. Ciri-ciri istimewa tertentu, misalnya bakat, tidak selalu menurun langsung dari ayah ibu kepada anak-anaknya, tetapi dapat berselang generasi. Misalnya dari ayah ibu sekarang, mungkin baru muncul pada salah seorang cucunya.

Sifat dan watak ini menurun pada seorang gadis, dimana ayahnya yang senang berkomunikasi dan bergorganisasi di bidang-bidang kemanusiaan serta selalu kokoh pada pendiriannya yang disertai rasa tanggung jawab yang tinggi. Menjadi seorang gadis menurut sebagian orang rumit banyak guncangan yang selalu menghadang serta selalu dilanda kewas-wasan diri, terutama bagi seorang gadis belia yang masih dalam proses untuk mencari dirinya sendiri. Peranan orang tua sangatlah penting untuk memberikan pengawasan serta dukungan yang positif agar anak gadisnya yang mereka sayangi, yang mereka sanjung tidak salah arah dan sesuai dengan harapan yang diidamkan bagi kalangan orang tua.
“Tujuan hidup adalah pengembangan diri. Untuk menyadari sifat hakiki seseorang dengan sempurna-untuk itulah kita masing-masing ada disini”(Oscar Wilde 1854-1900-The Picture of Dorian Gray-)

Seorang gadis yang berjalan di tengah kefanaan ini mencoba untuk belajar, mencoba untuk memahami dan mencoba untuk selalu menyikapi tentang kehendak diri selaku insan kamil di dunia ini. Maka tidak jarang banyak gadis yang selalu dilanda ketakutan untuk mengaktualisasikan dirinya, hal ini terjadi karena masih adanya anggapan bahwa seorang gadis itu tidak boleh punya mimpi yang terlalu tinggi. Istilah sumur, dapur dan kasur masih melekat di kalangan masyarakat, hingga seorang gadis yang berupaya untuk mengaktualisasi dirinya selalu banyak hambatan dan perbincangan negatif.

Pandangan seperti tersebut, mencoba untuk di ubah oleh seorang gadis. Katakanlah gadis ini seorang model kehidupan bagi dirinya serta keluarganya. Gadis ini bernama Riska, ia kini menginjak dewasa. Gadis yang berusia 20 tahun ini berada di bangku kuliah semester lima di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta.
“Walaupun aku seorang wanita, tetapi aku selalu berupaya untuk selalu di depan. Aku punya mimpi dan mimpi itu selayaknya aku temui” Ungkap Riska saat di temui di rumahnya

Gadis 20 tahun yang memiliki bola mata yang indah mampu untuk menaklukan seorang laki-laki mempunyai itikad mulia, yaitu berguna bagi hidup dan kehidupan meliputi diri, keluarga dan lingkungan. Gadis yang tinggal di Kelurahan Wukirsasi Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman semenjak tahun 2010 terlibat untuk merintis perpustakaan yang ada di wilayahnya yaitu Perpustakaan Rumah Pintar Surodadi. 23 Maret 2011 Gadis ini diresmikan menjadi ketua perpustakaan Rumah Pintar Surodadi. Perpustakaan yang dirintis semenjak tahun 2010 dengan tujuan memberikan fasilitas kepada masyarakat khususnya di wilayah padukuhan Surodadi (Losari, Surodadi dan Tempelsari) untuk gemar membaca serta tempat yang digunakan sebagai ajang berkumpul, berkarya dan berekpresi bagi kalangan masyarakat sekitar.

Perpustakaan ini sempat terhambat proses pengembangannya, hal ini disebabkan bukan ulah manusia ataupun ulah anggotanya, melainkan suatu bencana alam yang tidak di duga-duga yaitu Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tanggal 26 Oktober dan 5 November 2010.
Lomba mewarnai untuk anak-anak di Perpustakaan Rumah Pintar Surodadi (RZ-LJ 2011)
Kegiatan pelatihan perakitan komputer bersama mahasiswa dari UAD Yogyakarta sewaktu KKN di Dusun Losari-Tempelsari 27 September 2011(doc. Perpustakaan)

Pasca Erupsi Gunung Merapi, Perpustakaan Rumah Pintar Surodadi mulai diaktifkan kembali. Selain aktif di perpustakaan, kini gadis belia ini terlibat dengan suatu komunitas yang umurnya masih muda, komunitas ini dibentuk dari suatu lembaga yang mengadakan program dukungan psikososial yang ada di wilayahnya yaitu di Kelurahan Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunitas ini ialah Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi yang dibentuk pada tahun 2011. Keterlibatan gadis ini yang bernama Riska tidak lain untuk selalu mengisi hari-harinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Perpustakaan Rumah Pintar
Alamat Facebook:
Klik disni

Pelatihan jurnalis bersama Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi 17 Januari 2012 di Ketep Pass-Magelang

Selain aktif di perpustakaan dan aktif di komunitas Lajur (Laskar Jurnalis) Merapi, Riska terlibat dengan organisasi kepemudaan di wilayahnya. Semenjak kelas 6 SD ia terlibat dengan organisasi kepemudaan Karya Bhakti Temp-Lost (Tempelsari – Losari), hal ini dilibatkan oleh seorang Ayah yang kebetulan ia menjadi ketua dalam organisasi kepemudaan.
“Mengenalkan kepada anak untuk selalu berorganisasi serta membangun pemahaman mengenai kehidupan masyarakat” Ujar Bambang (Ayah yang membesarkan Riska)

Pepatah Jawa mengatakan “Wiwit kuncung ngati gelung” (artinya sejak kecil hingga dewasa), menginspirasi seorang Ayah untuk mendidik anak gadisnya. Semenjak itu Riska sering terlibat dengan kegiatan yang didampingi langsung oleh ayahnya. Maka tidak heran sampai menginjak dewasa Riska walaupun tubuhnya seorang perempuan, tapi jiwanya sekokoh baja. Walau banyak rintangan yang berupaya mengganggu ataupun untuk menggoyahkan pendiriannya, ia paham rintangan yang ada hanya untuk menggiring dirinya pada kemulyaan hidup. Dimana mimpi itu akan terwujud. (BDY-LJ/ editor: EM-LJ)


free counters

0 komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost