Sabtu, 07 April 2012

Sifat Kritis Layak Di Miliki Seorang Jurnalis


 Ilustrasi

Jurnalis ketika mengumpulkan fakta di lapangan acapkali menghadapi persoalan yakni sejauh mana ia dapat mempercayai fakta yang diperoleh. Dengan kata lain, ia memerlukan perangkat untuk tidak begitu saja beranggapan bahwa setiap fakta yang berhasil diperoleh dari pihak manapun telah benar atau telah lengkap. Perangkat itu adalah sikap kritis. Sikap kritis yang mampu melihat persamaan, perbedaan, dan hubungan antar sejumlah hal. Sikap kritis yang mampu melihat apa saja bagian-bagian serta fungsi setiap bagian dari sesuatu.

Sikap kritis tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh bersama keingintahuan yang mendalam. Sikap kritis tercermin dalam keteguhan tidak akan membiarkan sesuatu berlalu begitu saja tanpa mempertanyakan kebenaran sesuatu itu. Selalu ada kemauan untuk menelusuri apa hubungan antara yang satu dengan yang lain, dan mencari tahu apa makna hubungan tersebut.

Fakta dikenali berkat bantuan indra dan pengalaman. Secara alamiah, seseorang mengetahui bahwa antara yang satu dan yang lain terdapat persamaan atau perbedaan. Selain itu, setiap benda memiliki bagian-bagian. Daya nalar manusia segera bekerja menghubung-hubungkan suatu fenomena itu melihat interrelasi antar bagian yang membentuk suatu benda.

Kemampuan melihat persamaan dan perbedaan antara berbagai benda akan menghasilkan kemampuan menyusun klasifikasi. Kemampuan menemukan bagian-bagian dari suatu benda serta fungsi setiap bagian akan menghasilkan kemampuan menganalisis bagian atau struktur dan proses. Kemampuan semacam itu sangat diperlukan jurnalis ketika mengumpulkan fakta.

1.Klasifikasi
Dalam kegiatan nalar manusia untuk menjawab pertanyaan “termasuk dalam kelompok manakah obyek atau fenomena ini”, merupakan upaya untuk menemukan persamaan atau perbedaan yang dimiliki obyek atau fenomena, upaya ini disebut klasifikasi.

Klasifikasi bertujuan untuk melihat objek-objek dalam suatu konteks logis, untuk melihat hubungan antara suatu objek dan objek yang lain. Hubungan itu bisa dilihat dalam arah ke samping, ke atas, atau ke bawah.

Melihat hubungan antar objek dalam arah ke samping berarti melihat apakah suatu objek memiliki kesamaan ciri tertentu dengan objek yang lain atau tidak. Apakah sejumlah objek lain itu memiliki ciri yang sama dengan objek pertama, maka sebuah objek dapat dihubungkan ke atas untuk membentuk kelompok atau kelas yang lebih besar (umum). Sebaliknya, melihat hubungan dalam arah ke bawah berarti ingin mengetahui apakah suatu objek masih dapat dibagi atas kesatuan atau kelompok yang lebih kecil (sub kelas). Begitu seterusnya, hingga sampai kesatuan terkecil (individualitas).

2.Analisis Bagian.
“Apa bagian dari suatu benda atau barang?” merupakan pertanyaan yang hendak dijawab melalui analisis bagian. Jadi analisis bagian digunakan untuk menentukan batas-batas atau titik sanding seluruh unsur yang membentuk suatu objek. Bagian-bagian yang dihubungkan satu sama lain untuk membentuk suatu kesatuan disebut struktur. Setiap bagian mempunyai fungsi tertentu dalam struktur tersebut. Meja, pohon, rumah atau organisasi mempunyai struktur. Rumah misalnya, adalah bangunan yang mempunyai struktur terdiri atas atap, dinding dan seterusnya mempunyai fungsi tertentu yang menjadi pembentuk struktur suatu bangunan yang di sebut. Sebagai misal, dinding sebagai bagian dari struktur bangunan yang di sebut rumah berfungsi untuk membatasi ruang bagian dalam dan bagian luar, membatasi sejumlah ruang di dalam ruang.

Kemampuan melihat bagian-bagian suatu objek serta mengidentifikasikan fungsi setiap bagian sangat diperlukan jurnalis ketika mengumpulkan fakta. Tanpa kemampuan ini fakta yang dikumpulkan jurnalis kemungkinan tidak lengkap, atau malah terjadi fakta yang terpenting atau paling menarik tidak berhasil diperoleh akibat kegagalan melihat apa bagian-bagian serta fungsi setiap bagian dari sesuatu.

3.Analisis Proses
Peristiwa mengisyaratkan ada perubahan. Perubahan bisa terjadi pada diri seseorang, benda atau suatu keadaan. Perubahan yang terjadi itu belum tentu menyeluruh. Manusia bisa bertambah usia, tapi tetap berjiwa muda. Kayu bisa lapuk hanya sebagian.

Perubahan bisa dilihat dalam suatu proses berdasarkan rentang waktu tertentu. Oleh sebab itu, analisis proses berupaya melihat sesuatu berdasarkan tahapan waktu, sehingga dapat diketahui apakah sesuatu mengalami perubahan, dan kalau “ya” perubahan apa yang dialami, setelah melampaui tahap waktu tertentu. Tahapan waktu itulah yang menjadi bagian dari proses yang berlangsung.

Dari sisi pembaca perubahan itulah yang sesungguhnya antara lain ingin diketahui pembaca, terutama kalau perubahan itu menimbulkan dampak langsung bagi kehidupannya. Sejak kapan perubahan terjadi, apa sosok perubahan itu, apa dampaknya terhadap kehidupan pembaca, dan sebagainya merupakan pertanyaan yang muncul dibenak pembaca. Pertanyaan semacam itu perlu dijawab dengan fakta yang hanya dapat dikumpulkan dengan baik oleh jurnalis melalui analisis proses.

4.Induksi.
Seringkali informasi yang  dimiliki jurnalis tentang suatu objek atau suatu fenomena hanya sebagian kecil saja dari informasi keseluruhan tentang objek atau fenomena tertentu. Informasi tentang suatu benda misalnya hanya diketahui warnanya. Sedang informasi tetang fenomena kemiskinan hanya diketahui dari pengalaman atau pernyataan seseorang.

Induksi dapat membantu jurnalis untuk mengumpulkan fakta yang lebih lengkap tentang sesuatu. Dengan induksi, sejumlah peristiwa khusus diamati, kemudian diambil kesimpulan berupa generalisasi yang berlaku atas kejadian yang disaksikan dan yang kira-kira juga akan berlaku pada peristiwa sejenis di masa yang akan datang.

Penalaran induktif dapat ditafsirkan sebagai penalaran yang berawal pada hal khusus atau spesifik dan berakhir pada hal yang umum. Kesimpulan induktif selalu berupa generalisasi (menjadi bersifat umum). Artinya, pernyataan itu selalu meliputi sejumlah besar peristiwa khusus.

Ada generalisasi induktif berdasarkan fakta, ada pula yang berdasarkan asumsi atau andaian. Andaian adalah fakta atau pernyataan yang dianggap benar walau belum atau tidak dapat dibuktikan.

Generalisasi harus dihindari dalam pekerjaan jurnalis. Seorang jurnalis hanya perlu menguraikan fakta. Penalaran induktif hanya digunakan jurnalis untuk membuat kesimpulan yang bersifat sementara sebelum berhasil mengumpulkan fakta yang sebenarnya. Akan tetapi kesimpulan sementara itu tidak dituliskan dalam berita. Kesimpulan sementara hanya dijadikan titik tolak untuk mengumpulkan seluruh fakta yang terkait.

Jadi, kalau jurnalis menyaksikan terjadi sekian kali kecelakaan lalu lintas di suatu kota atau kalau jurnalis mendapat pernyataan seseorang bahwa yang bersangkutan menyaksikan beberapa kali kecelakaan di kota tersebut, jurnalis tidak boleh menulis bahwa kecelakaan lalu lintas sering terjadi di kota itu. Kesimpulan bahwa sering terjadi kecelakaan lalu lintas harus dikategorikan sebagai kesimpulan sementara yang disimpan di benak jurnalis. Lalu berdasarkan itu ia mencari fakta berapa kali sesungguhnya kecelakaan lalu lintas terjadi dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya. Fakta berapa kali itulah yang diberitakan, tanpa menuliskan sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Pembacalah yang menyimpulkan sendiri, apakah fakta berapa kali itu layak disebut sering atau tidak.

5.Deduksi.
Deduksi merupakan kebalikan dari induksi, jadi deduksi disebut sebagai penalaran yang berawal dari hal yang umum dan berakhir pada hal yang khusus, atau penerapan generalisasi pada peristiwa khusus untuk kesimpulan.

Jurnalis sering menerima informasi dalam bentuk kesimpulan dari pihak tertentu. Kesimpulan tersebut sepintas selalu benar. Padahal kalau disikapi secara kritis belum tentu demikian. Kalau tidak hati-hati, tidak waspada menilai setiap hubungan antara sifat dan keadaan sejumlah fakta yang digunakan untuk mendukung suatu kesimpulan, jurnalis bisa menjadi penyalur kesimpulan-kesimpulan yang dilontarkan pihak tertentu, semisal nalar politik.

Setiap kesimpulan atau keputusan yang kita ambil hampir semua berdasarkan deduksi. Mula-mula kita menjadikan generalisasi sebagai titik tolak, lalu generalisasi kita terapkan pada kejadian khusus. Kemudian, berdasarkan penerapan generalisasi pada kejadian khusus itu kita ambil kesimpulan yang berlaku pada kejadian khusus itu. Persoalan muncul, kalau generalisasi salah maka kesimpulan yang diambil menjadi salah pula walau penalaran yang diterapkan benar.

Penalaran deduksi (silogisme) terdiri atas tiga bagian: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Premis merupakan putusan yang menjadi dasar argumentasi, bisa menjadi bisa membenarkan sesuatu atau mengingkari sesuatu. Jadi, premis mayor merupakan suatu generalisasi yang meliputi semua unsur kategori, banyak diantaranya atau beberapa saja. Premis minor merupakan penyamaan objek atau ide dengan unsur yang dicakup oleh premis mayor. Sedangkan kesimpulan dalam silogisme merupakan gagasan yang dihasilkan oleh penerapan generalisasi yang terdapat dalam premis mayor pada peristiwa khusus yang terdapat premis minor.

Penalaran deduktif berguna membantu jurnalis untuk menganalisis kualitas maupun sifat fakta sebagai premis minor pada premis mayor yang benar.

6.Salah Nalar.
Persoalan salah nalar dihadapi jurnalis ketika mengumpulkan fakta di lapangan, atau sewaktu berupaya memperoleh pengalaman atau kesaksian seseorang berkaitan dengan suatu peristiwa melalui wawancara. Persoalan salah nalar timbul karena tidak setiap orang memiliki daya nalar yang baik manakala menghadapi suatu persoalan. Pemahaman atas suatu persoalan bisa keliru jika daya nalar tidak baik. Bisa pula pemahaman atas persoalan itu cukup baik tapi kurang mampu mengungkapkannya secara tepat karena alasan yang sama.

Mengingat jurnalis tidak setiap saat menyaksikan sendiri peristiwa yang terjadi, suatu hal yang menyebabkan, ia perlu mengandalkan daya nalar orang lain. Kemampuan jurnalis untuk mengenali salah nalar penting dimiliki. Dengan demikian jurnalis terhindar dari penulisan berita yang salah nalar, dengan akibat mengurangi kepercayaan pembaca.

Salah nalar (fallacy) ialah gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Salah nalar terjadi karena cara pemikiran tidak diikuti.

Terdapat sejumlah salah nalar yang sering ditemukan baik dalam pernyataan seseorang maupun dalam tulisan:

Deduksi yang salah :  Salah nalar terjadi karena kesimpulan yang diambil berdasar argumentasi yang salah. Jadi kesimpulan itu sendiri menjadi salah karena argumentasi yang digunakan salah.

Generalisasi yang terlalu luas :  Apa yang terjadi hanya pada beberapa contoh, yang jelas berjumlah tidak cukup, dianggap tidak berlaku kepada yang lain.

Pemikiran “ini” atau “itu” : Persoalan dilihat dalam dua kutub saja, yaitu kutub yang bertentangan seperti yang hitam-putih. Kalau tidak yang satu, berarti masuk yang lain.

Salah nilai atas penyebab : Sebab suatu persoalan dinilai secara salah. Jadi, sebab yang dipercaya menimbulkan akibat tertentu itu sesungguhnya sama sekali tidak atau belum tentu berhubungan dengan akibat yang dimaksud.

Analogi yang salah: Mengemukakan alasan untuk mendukung sesuatu, tetapi alasan itu sebenarnya merupakan alasan pihak lain yang diajukan untuk persoalan yang berbeda.

Penyampaian masalah tidak tepat: Alasan untuk mendukung atau menolak sesuatu tidak pas, atau tidak berkaitan dengan pokok persoalan.

Pembenaran masalah lewat pokok sampingan :  Sesuatu yang remeh atau yang tidak langsung persoalan, diajukan sebagai alasan untuk membenarkan tindakan atau pendapat sendiri.

Argumentasi Ad Hominem : Alasan yang diajukan untuk menolak tindakan atau pendapat pihak lain bukan berdasarkan persoalan yang terkait dengan persoalan itu melainkan berdasarkan penilaian terhadap siapa pihak lain tersebut.

Imbuhan pada keahlian yang patut disangsikan: Pendapat seseorang yang tidak memiliki keahlian (tidak berkompeten) dalam persoalan yang dibahas, digunakan untuk mendukung argumentasi yang diajukan tentang persoalan tersebut.

Non Sequitur: Kesimpulan diambil tergesa-gesa berdasarkan argumentasi yang sama sekali tidak atau hampir tidak berkaitan.

Pustaka:
Panduan Jurnalis ABY. Aliansi Buruh Yogyakarta
Yayasan Lestari Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost