Jumat, 27 Januari 2012

Mengenang Kepergianmu


Oleh Sidik Anwar

Sejenak aku berpikir, mengingat suatu kejadian yang tidak pernah bisa aku lupakan, gejolak tentang masa depan hampir musnah dengan salah satu sebab yang hingga kini masih aku kenang.

Berawal dari ketidak percayaan pada informasi

Malam sebelum beranjak ketempat tidur, seakan diri ada dorongan untuk tidak segera memejamkan mata. Namun rasa ngantuk yang begitu kuat, membuat diri memaksakan untuk istirahat, begadang semalaman sampai pagi hari ada rasa enggan sebelumnya.

Tiba-tiba aku terjaga dari tidurku yang nyenyak, HP yang tidak jauh dari badan yang terlentang tidur bunyi berkali-kali. Ada rasa enggan untuk mengangkat panggilan via HP, namun semakin dibiarkan semakin berulang-ulang panggilan via HP. Aku hampiri dan aku raih HP itu, namun suara panggilan terhenti, yang tertinggal hanya pesan masuk dan panggilan tidak terjawab.

Hati bertanya, “apa gerangan yang akan menimpa dalam hidupku kali ini?”
Terperanjat melihat isi pesan yang masuk, badan bergetar seakan hilang tenaga, ini berita benar kenyataannya ataukah hanya kebohongan belaka.

Kebenaran Informasi
Saudaraku yang jauh memanggil diri ini via HP dengan nada yang halus, dengan nada yang pedih, dengan perasaan yang hanyut sembari mengatakan “kita akan bertemu di tengah kedukaan, ataukah kita akan terpisah dalam naungan kepedihan diantara harapan dan kenyataan”.
Suara itu, membuat diri hampir kehilangan kesadaran. Tidak percaya, bahkan hatipun mengatakan, “ini ilusi”.

Beranjak Pergi dengan kehampaan diri
Bergegas namun dengan penuh kesadaran, ketenangan diri membuat tetap tersenyum walau ada sesuatu yang mengganjal di dalam diri.
Ketenangan membawa pada sebuah isue yang membuat diri hampir gila
Ketulusan ketika melangkah, ketenangan ketika menghadapi kenyataan, kesabaran ketika berada di perjalanan.

Kejutan yang mematikan
Kabar pada seorang rekan tak lain untuk memperoleh kenyataan
Kabar pada semua jiwa yang kukenal, tak lain untuk menenangkan
Walau kabar yang kuberi tidak sesuai dengan kenyataan yang menimpa diri saat itu

Hampiri dan memeluk
Sambutan dari para pendoa yang sedang menanti kedatangan diri, menghampiri dan memeluk sembari berkata “Anakku kemana saja, kuatkan dirimu. Ikhlaskan hatimu walaupun dirimu tidak sempat sama sekali melihat jasad yang pernah ada, jasad yang selalu menjerit untukmu anakku, jasad yang selalu berdoa sembari meneteskan airmata, jasad yang selalu melihat kebanggaan mendidik anak-anaknya tiada yang gagal, jasad yang selalu menjerit untuk semua keluarganya, jasad yang selalu berjuang untuk kehidupan keluarganya, jasad yang tidak pernah menyerah dan tunduk oleh keadaan”

Sesal tiada guna
Tersungkur seakan hancur, rasa sesal menghampiri, namun apa dikata, ini kenyataan yang mesti diterima.
Hanya doa yang aku sampaikan:
“Teriring kepergianku Ayah, engkau masih ada dan selalu tersenyum untukku
Engkau yang terindah yang pernah ada
Engkau selalu memberiku kepercayaan diri
Engkau telah ajarkan aku pada hierarki diri
Ayah, engkau adalah seorang laki-laki yang tangguh yang aku kenal
Engkau adalah laki-laki seorang pemimpin yang aku kenal
Engkau adalah seorang laki-laki yang berjiwa besar yang aku kenal
Kini....
Aku tak sempat melihat jasadmu dan memeluk rindumu padaku
Kini rinduku padamu hanya sebatas kata dan menatap serta bersandar di atas pusaramu Ayah
Dulu aku tak sempat menemani Bunda, kini aku tak sempat melihat jasadmu sekalipun
Kadang hatipun bertanya, apakah ini jawaban dari semua ketulusan pada semua peristiwa
Terima kasih Ayah.....
Semoga Ayah bertemu dengan Bunda di alam sana
Kuasa Tuhan akan mengantarkan ruhmu untuk bertemu dan berkumpul dengan ruh bunda yang telah terlebih dahulu
Damailah........
Bahagialah...........
Tersenyumlah dengan bermandikan cahaya dari doa anak-anakmu
Pesan ayah bunda akan selalu aku ingat dan aku lakukan (buatlah sekenario hidupmu sebelum beranjak tidur)

Mengenang kepergianmu (Awal menuju pangkuan Allah SWT n Rasul-Nya, Muhammad SAW)
Tanah merah yang dihiasi oleh taburan bunga yang masih segar menutupi dan menghiasi jasad seorang ayah yang meninggal pada hari Sabtu 19 November 2011 dengan diriningi dari para pendo’a yang ikut mengantarkan ke tempat pembaringan menuju pintu-Nya.

Mengenangmu selalu mengeluarkan arimata, Ayah...........Bunda, aku rindu kalian..................
Aku tidak menangis, hanya aku rindu pada kalian Ayah...........Bunda...............
Salam sejahtera dari anakmu yang berlimbah dosa
Anakmu yang tiada berdaya
Anakmu yang selalu berupaya dan berdoa


Hanya gambarmu yang tertinggal untukku

(Sidik Anwar = Suatu anugerah pemberian darimu Ayah dan Bunda)




free counters

0 komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost