Erupsi Gunung Merapi oktober 2010 lalu tentu saja tidak akan lupa dari ingatan kita, erupsi yang terbesar dari 100 tahun terakhir ini menimbulkan kerugian baik korban jiwa, harta benda maupun infrastruktur desa dan juga sempat menghentikan kegiatan masyarakat yang sudah berjalan selama betahun-tahun. Ribuan warga dalam radius 20 km dari puncak merapi harus mengungsi, dan selama tinggal di barak pengungsian warga pengungsi mengalami berbagai persoalan karena tekanan keadaan waktu itu.
Setelah 3 bulan berada di pengungsian Warga Desa Sidorejo, Kec.Kemalang,Kab. Klaten yang berada di lereng tenggara merapi yang berjarak + 4,5 km dari puncak merapi ini, penyintas kembali ke rumah masing-masing dan memulai aktifitas untuk mencukupi kebutuhan mereka. Juga Banyak lembaga yang masuk ke sidorejo dan membantu mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang mendukung kemajuan desa. Dukungan dari lembaga yang masuk di sidorejo di wujudkan melalui berbagai kegiatan yang bersifat rekreasional; di bidang olah raga dan kesenian, dan edukartif; untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana, selain itu juga dilakukan berbagai pelatihan untuk mendukung kegiatan produktif; seperti pelatihan pertanian organik, penbuatan aneka makanan juga pelatihan video dokumenter.
Perekrutan dan pelatihan
Salah satu Dari sekian lembaga yang masuk di sidorejo yaitu Plan Indonesia dan mitra kerjanya yaitu LI (Lestari Indonesia) yang didanai oleh AusAid menyelenggarakan program PIMR (Psychosocial Intervention for Merapi Recovery Project) atau dukungan psikososial tindak lanjut di lereng merapi. Dengan mengrekrut kader-kader desa untuk membantu mengaktifkan kegiatan diantaranya LC (Local Cadres) sebutan untuk pendamping anak, PL (Peer Leaders) untuk sebutan pendamping pemuda, dan PE (Peer Educators) sebutan untuk pendamping dewasa.
Suatu hari ada perwakilan kader desa yang di rekrut Lestari Indonesia di Desa Sidorejo menghubungi lima(5) pemuda yang sudah di pilih untuk mengikuti pelatihan video dokumenter dalam pelaksanaan program pelatihan produktif. Lima pemuda itu adalah Permana yang tinggal di Dusun Petung, Limar Danik yang juga dari Dusun Petung 22/10 sidorejo. Subardi dari Dusun Butuh Kulon . Suwanto dari Dusun Tawang. Dan Trimanto dari Dusun Kaliwuluh. Dan kelima pemuda itu mengikuti pelatihan video dokumenter selama + 1bulan yang dibina oleh Axis Media Inside yang menjadi mitra Lestari Indonesia.
“Dalam pelatihan banyak yang kami pelajari diantaranya mengenal video dokumenter/karekter media, cara pembuatan film, menyiapkan dan mengolah data, menyusun data ke treatment,tehnik penuturan dan dasar-dasar jurnalis . Selain itu juga pelatihan cara menggunakan kamera, cara mengambil gambar, dan menyusun gambar/editing. Dalam pelatihan tersebut kami juga prektek membuat film dokumenter sebanyak 2 film. Dalam produksi film pertama kami sudah menyepakati dalam pembuatan film harus mempunyai nama untuk sebuah rumah produksi dan berbagi tugas, adalah Subardi sebagai kameramen, Suwanto sebagai sutradara, Limar Danik sebagai penulis naskah, Permana sebagai editing dan Trimanto sabagai produser. Dan nama rumah produksi kami SERASI Cinema kependekan dari semangat dan aksi anak sidorejo. Dan film pertama kami bercerita tentang sekelompok ibu-ibu yang mengembangkan produk makanan olahan di Dusun Kembangan dengan judul Kelompok Makanan Olahan. Memang film tersebut belum memenuhi syarat film dokumenter dan menjadikan semangat kita untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan film ke dua kami bercerita tentang kegiatan yang di dampingi Lestari Indonesia dalam programnya di Sidorejo dengan judul Kader Desaku. Dan film tersebut di putar bersama-sama dalam acara “Nonton Bareng Sderek Merapi” /pemutaran film karya warga lereng merapi yang di selenggarakan secara bersama-sama dengan rumah produksi lain atau peserta pelatihan film dari desa-desa di lereng merapi juga pada acara penutupan pelatihan oleh Axis Media Inside” tutur Permana.
Mengasah Kemampuan
“Setelah pelatihan kami sempat berfikir bagaimana cara kami mengembangkan kemampuan yang kami dapat dari pelatihan, apakah pelatihan ini akan sia-sia? Ternyata dari penutupan pelatihan tersebut kami belum di lepas secara bebas, dan kami masih selalu di bimbing dan di tuntun untuk bisa lebih maju. Dan pada suatu saat kami dan juga semua anggora pelatihan dari 3 kabupaten di lereng merapi berkumpul dan berdiskusi tentang pelatihan yang sudah kita dapat, dari situ kita membikin satu jembatan untuk kita saling berinteraksi dan saling tukar pengalaman dalam memproduksi film/berita yang kita dokumenkan/beritakan. Laskar Jurnalis Merapi (LAJUR MERAPI) dan dari Plan Indonesia memberikan kami kesempatan untuk mengasah kemanpuan kami, kami di beri kegiatan utuk memonitoring kegiatan-kegiatan di desa yang di dampingi Lestari Indonesia. Dan tugas kami adalah membuat 2 film dokumenter tentang kegiatan yang sudah berjalan kembali paska erupsi merapi. Dengan di fasilitasi alat berupa triport dan kamera serta memori card dan dari situlah kita belajar membuat film sendiri tanpa di dampingi langsung dari pelatih kami. Kecuali dalam proses editing kita di dampingi dari KATALIS Semarang yang juga mitra Plan Indonesia. Film itu menjadi film ke tiga dan ke empat produksi kami sendiri. Film ke 3 kami dalam judul “semangat yang tak pernah putus” bercerita tentang kegiatan anak-anak yang sudah aktif kembali paska erupsi merapi, yaitu anti (marwanto) salah satu dari peserta kegiatan karawitan anak yang bersemangt sekali untuk mewujudkan impiannya. Film ke 4 kami berjudul “Ayo Bertani” bercerita tentang kegiatan dewasa yaitu pelatihan yang bersifat produktif. Pelatihan pertanian holtikultura oleh bapak Nuryanto dari Dusun Karang yang pertama kali mencoba mengembangkan holtikultura. Dan setelah berhasil bapak Nuryanto mengajarkan ilmunya kepada petani-petani lain di desa Sidorejo” Tutur Pram
“Antusias anggota dan kekompakan dalam memproduksi film yang sudah kita buat menjadikan kami bangga bisa membuat film dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang ada di desa kami, namun kami masih merasa kurang puas dan merasa ilmu kami belum cukup dan menjadikan kami bersemangat untuk belajar dan terus belajar. Dan kami akan selalu berusaha untuk lebih maju dan lebih baik lagi dalam memproduksi film dokumenter/ berita. Dan semoga apa yang sudah kami dapatkan dari pelatihan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat umum”.(Prm-LJ/editor: EM-LJ)
0 komentar:
Posting Komentar
Saran dan kritik merupakan dorongan bagi kami untuk selalu berupaya ada. Silahkan berkomentar, jangan lupa kasih nama dan alamat, hanya yang meninggalkan identitaslah kami akan merespon.